Jumat, 05 September 2014

Kebiasaan Orang-orang Shaleh Terdahulu dalam Mengkhatamkan Bacaan al-Qur'an


Tradisi Mengkhatamkan Bacaan al-Qur'an
Hendaklah kita memelihara bacaan Al-Qur’an dan memperbanyak bacaanya. Ulama salaf mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang berlainan tentang tempo dan jangka masa mengkhatamkan al-Qur’an. Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari sebagian ulama Salaf bahwa mereka mengkhatamkan al-Qur’an sekali dalam setiap dua bulan, setengah dari mereka mengkhatamkan al-Qur’an dalam setiap bulan, setengah dari mereka mengkhatamkannya sekali dalam sepuluh malam dan setengahnya mengkhatamkan sekali dalam setiap delapan malam. Banyak dari mereka juga yang mengkhatamkannya dalam setiap tujuh malam, setengahnya mengkhatamkannya dalam setiap enam malam. Dan ada pula dari mereka mengkhatamkannya dalam setiap lima malam, sebagian dari mereka ada juga yang mengkhatamkannya dalam setiap empat malam, setiap tiga malam atau setiap dua malam. bahkan setengah dari mereka mengkhatamkannya sekali dalam sehari semalam. Di antara mereka ada yang mengkhatamkannya dua kali dalam sehari semalam dan ada yang tiga kali. Bahkan sebagian dari mereka mengkhatamkkannya delapan kali, yaitu empat kali pada waktu malam dan empat kali pada waktu siang
Di antara orang-orang mengkhatamkan al-Qur’an sekali dalam sehari semalam ialah Usman bin 'Affan ra., Tamim Ad-Dâry, Said bin Jubair, Mujahid, asy-Syafi’i dan lainnya
Diantara orang-orang yang mengkhatamkan tiga kali dalam sehari semalam ialah Salim bin 'Umar ra. Qadhi Mesir pada masa pemerintahan Mu’awiyyah
Diriwayatkan bahwa Abu Bakr bin Abu Dawud ra. mengkhatamkan al-Qur’an tiga kali dalam semalam. Diriwayatkan oleh Abu Bakar al-Kindi dalam kitabnya berkenaan dengan Qadhi Mesir bahawa dia mengkhatamkan Al-Qur’an empat kali dalam semalam
 Asy-Syeikh Ash-Shahih Abu Abdurahman As-Salami ra berkata, "Aku mendengar asy-Syaikh Abu 'Usman al-Maghribi berkata, "Ibnu al-Kâtib ra. mengkhatamkan al-Qur’an empat kali pada waktu siang dan empat kali pada waktu malam."
Ini adalah jumlah terbanyak yang saya ketahui dalam sehari semalam.
Diriwayatkan oleh as-Sayyid Ahmad Ad-Dauraqi dengan isnadnya dari Manshur bin Zaadan ra, seorang tabi’in ahli ibadah, bahwa dia mengkhatamkan al-Qur’an di antara waktu Zuhur dan Ashar, kemudian mengkhatamkannya pula antara maghrib dan Isya' pada bulan Ramadhan dua kali. Mereka mengakhirkan sembahyang Isya' pada bulan Ramadhan hingga berlalu seperempat malam.
Diriwayatkan dari Manshur, ia berkata, “Ali al-Azadi mengkhatamkan al-Qur’an di antara Maghrib dan Isya' setiap malam pada bulan Ramadhan.
Diriwayatkan dari Ibrahim bin Sa'd, ia berkata, “Ayahku duduk sambil melilitkan serbannya pada badan dan kedua kakinya, serta tidak melepaskannya hingga selesai mengkhatamkan Al-Qur’an."
Sedangkan orang yang mengkhatamkannya dalam satu rakaat banyak sekali hingga tidak terhitung jumlahnya. Di antara orang-orang yang terdahulu ialah Usman bin 'Affan, Tamim ad-Daariy dan Sa'îd bin Jubair ra. yang mengkhatamkan dalam setiap rakaat di Ka'bah.
 Adapun yang mengkhatamkan al-Qur’an sekali dalam seminggu, di antara mereka adalah Usman bin 'Affan ra., Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsâbit dan Ubay bin Ka’ab ra, dan dari kalangan tabi'in seperti 'Abdurrahman bin Zaid, 'Alqamah dan Ibrahim rahimahumullah. Hal tersebut berbeda menurut perbedaan orang-orangnya.   Barangsiapa yang ingin merenungkan dan mempelajari dengan cermat, hendaklah dia membatasi diri pada kadar yang menimbulkan pemahaman yang sempurna atas apa yang dibacanya. Demikian juga siapa yang sibuk menyiarkan ilmu atau tugas-tugas agama lainnya dan kemaslahatan kaum muslimin yang bersifat umum, hendaklah dia membatasi pada kadar tertentu sehingga tidak mengganggu apa yang wajib dilakukannya.
Jika kita belum termasuk ke peringkat yang di capai orang-orang yang disebut ini, maka bolehlah kita memperbanyak membaca al-Qur’an sedapat mungkin tanpa menimbulakan kejemuan dan tidak terlalu cepat membacanya.[1]



[1] Abû Zakariyyâ Muhyiddîn Yahyâ ibn Syaraf an-Nawawy (w. 676 H), at-Tibyân fî Adâb Hamalah al-Qur'ân (Beirut: Dâr ibn Hazm, 1414 H), Cet. 3, Hal. 59-61

Tidak ada komentar:

Posting Komentar